Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12–24 Bulan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara


PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis B ialah penyakit endemik disebabkan oleh virus hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di negara Afrika dan Asia, khususnya di daerah Afrika Sahara dan Asia Tenggara. Di Taiwan, satu di antara 7 orang dilaporkan mengidap virus hepatitis B. Di Indonesia, kejadiannya satu diantara 12–14 orang. Hepatitis B ini hampir 100 kali lebih infeksius dibandingkan dengan virus HIV.
Indonesia bahkan sudah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi dimana prevalensi HbsAg-nya lebih dari 8 persen. Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan, maka disebut hepatitis kronik. Anak-anak yang terinfeksi pada waktu lahir atau pada usia antara 1 dan 5 tahun maka akan terjadi penyakit hati yang kronik. Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi kanker hati dan sirrosis hati. Mereka yang menderita infeksi kronis ini merupakan sumber untuk penularan penyakit hepatitis B. Penyakit kanker hati dan sirrosis hati sampai sekarang belum ada obatnya, biasanya penderita meninggal setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi sumber penularan serta penurunan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit hepatitis B.
Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Pemerintah Indonesia melalui Program Pengembangan Imunisasinya (PPI) sejalan dengan komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI), telah menargetkan “Universal Child Immunization 80-80-80” sebagai target cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B, harus mencapai cakupan 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa. Saat ini data infeksi hepatitis B masih tinggi yaitu angka kejadiannya 4%-30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya 20%-40%. Pada ibu hamil prevelensinya sebesar 4% dan penularan dari ibu hamil yang mengidap hepatitis ke bayinya sebesar 45.9%. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis B sejak dini, maka WHO telah merekomendasi program imunisasi hepatitis B untuk semua bayi (Universal Chilhood Immunization Against Hepatitis B).Sebagai implemetasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak tahun 1997. Hingga saat ini program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang dihadapi, misalnya belum tercapainya target cakupan imunisasi dan indek pemakaian vaksin yang rendah. Bila program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.[....]
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi infeksi hepatitis B kronis, dengan prevalensi HbsAg positif lebih dari 8%. Infeksi hepatitis B ini cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Kunci penting untuk mencegah infeksi penyakit hepatitis B ini adalah pemberian imunisasi hepatitis B, terutama pada bayi dan balita. Infeksi pada bayi dan balita dapat menyebabkan terjadinya infeksi kronis yang dapat menimbulkan cirrhosis hepatis dan kanker hati. Penderita hepatitis B kronis ini, juga merupakan sumber penularan bagi orang lain. Untuk mengetahui cakupan imunisasi hepatitis B ini perlu dilakukan penelitian evalutif terhadap program imunisasi dasar yang dilaksanakan selama ini. Dengan desain cross sectional, penelitian dilakukan di Kabupaten Asahan dengan sampel 100 orang anak balita usia 12-24 tahun yang diambil secara cluster sampling.
Hasil penelitian menunjukkan hanya 58% balita yang mendapat imunisasi hepatitis B lengkap yaitu balita yang mendapat tiga dosis hepatitis B sebelum usia satu tahun. Dengan tiga dosis ini, maka perlindungan terhadap ancaman infeksi hepatitis B mencapai 95%. Cakupan imunisasi hepatitis B sesuai serial pemberiannya, menunjukkan cakupan yang relatif tinggi yaitu 65%, 95% dan 90% berturut-turut untuk HB 1, HB 2 dan HB3. Pengetahuan para ibu tentang manfaat imunisasi, jadwal pemberian, cara penularan serta akibat penyakit hepatitis B masih rendah. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi hepatitis B, hendaknya petugas kesehatan dan kader lebih aktif memberikan penyuluhan imunisasi.[...]

0 Response to "Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12–24 Bulan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara"

Post a Comment