PENDAHULUAN
Dilaporkan bahwa tanaman suku Compositae
mempunyai aktivitas dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans. Tanaman Kembang Bulan termasuk dalam suku
Compositae, sehingga secara kemotaksonomi diduga tanaman ini
juga mempunyai kandungan kimia serupa yang dapat
menghambat pertumbuhan C. albicans(1). Oleh karenanya dilakukan penelitian
terhadap tanaman ini, untuk membuktikan secara ilmiah aktivitas menghambat
pertumbuhan C. albicans.
Kembang Bulan mempunyni beberapa nama, di
antaranya Rondose-moyo (Jawa), Harsaga (Jawa), Kembang
Bulan (Indonesia), Mary Gold (Inggris)(2). Merupakan perdu
tegak, apabila dibiarkan tumbuh liar dapat mencapai tinggi 9
meter, bertunas, merayap dalam tanah. Termasuk tanaman penutup tanah
yang umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di
tebing-tebing, tepi sungai dan selokan. Sekarang banyak ditanam sebagai
tanaman hias, karena warna bunganya yang kuning indah. Selain itu Kembang
Bulan sering ditanam untuk pagar dan untuk mencegah kelongsoran tanah.
Tumbuh dengan mudah di tempat atau daerah berketinggian 5-1500 meter
di atas permukaan laut. Tanaman ini juga merupakan tumbuhan tahunan yang
menyukai tempat-tempat terang dan banyak sinar matahari langsung.
Daun tanaman Kembang Bulan memberikan hasil tes positif
terhadap hemolisis, dan hasil tes negatif untuk flavonol-flavonol,
alkaloid-alkaloid, tanin-tanin dan sterol-sterol.
BAHAN
Bahan utama adalah serbuk kering daun Kembang Bulan dari tanaman yang tumbuh di daerah Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daun dipilih yang segar, permukaannya tidak rusak atau utuh, tidak berpenyakit dan dipetik daun ke empat atau ke lima dari pucuk tanaman.
Daun kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain warna gelap. Setelah cukup kering, dihaluskan dengan cara ditumbuk. Ekstraksi bahan dilakukan seperti ditunjukkan pada skema di bawah ini.
Bahan utama adalah serbuk kering daun Kembang Bulan dari tanaman yang tumbuh di daerah Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daun dipilih yang segar, permukaannya tidak rusak atau utuh, tidak berpenyakit dan dipetik daun ke empat atau ke lima dari pucuk tanaman.
Daun kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain warna gelap. Setelah cukup kering, dihaluskan dengan cara ditumbuk. Ekstraksi bahan dilakukan seperti ditunjukkan pada skema di bawah ini.
METODE
1) Skrining fitokimia
a) Analisis kandungan ekstrak P.E.
Analisis menggunakan metoda KLT. Ekstrak P.E. dipekatkan. Pemeriksaan terhadap adanya terpenoid menggunakan: FD Silika gel GF254, FG heksana-etil asetat (81:19), deteksi Vanilin asam sulfat. FD sebelumnya dieluasi menggunakan petroleum-eter-paraffin cair (95:5). Pemeriksaan triterpenoid: FD Silika gel GF254, FG heksana-etil asetat (81:19), deteksi Liebermann-Burchard.
b) Analisis kandungan ekstrak etanol.
Dilakukan pemeriksaan terhadap flavonoid menggunakan: FD Silika gel GF254, FG etil asetat-asam formiat-asam asetat air (100:11:11:27) (Wagner et al., 1984), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi amonia); FD kertas Whatman no. 51, FG t-butanil-asam asetat-air (6:2:1) (fase butanol) atau disebut t-BAW (Harborne, 1987), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi amonia). Pemeriksaan alkaloid: FD Silika gel GF254, IG etil asetat-metanol-air (100:13,5:10) (Wagner et al., 1984), deteksi sinar UV 254 nm dan 366 nm, pereaksi warna Dragendorff.
c) Analisis kandungan fraksi etil asetat. Ekstrak etanol diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan air. Pemeriksaan flavonoid: FD selulosa; FG asam asetat 30%, asam klorida-asam asetat-air (3:30:10), asam klorida-asam asetat-air (Forestal) (10:30:10), t-butanol-asam asetat-air (6:2:1) (fase butanol), n-butanol-asam asetat-air (n-BAW) (4:1:5); deteksi sinar UV 254 dan 366 nm (sesudah diuapi amonia) dan pereaksi warna Sitroborat.
d) Analisis kandungan fraksi air. Diperlakukan sama seperti pada fraksi etil asetat.
1) Skrining fitokimia
a) Analisis kandungan ekstrak P.E.
Analisis menggunakan metoda KLT. Ekstrak P.E. dipekatkan. Pemeriksaan terhadap adanya terpenoid menggunakan: FD Silika gel GF254, FG heksana-etil asetat (81:19), deteksi Vanilin asam sulfat. FD sebelumnya dieluasi menggunakan petroleum-eter-paraffin cair (95:5). Pemeriksaan triterpenoid: FD Silika gel GF254, FG heksana-etil asetat (81:19), deteksi Liebermann-Burchard.
b) Analisis kandungan ekstrak etanol.
Dilakukan pemeriksaan terhadap flavonoid menggunakan: FD Silika gel GF254, FG etil asetat-asam formiat-asam asetat air (100:11:11:27) (Wagner et al., 1984), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi amonia); FD kertas Whatman no. 51, FG t-butanil-asam asetat-air (6:2:1) (fase butanol) atau disebut t-BAW (Harborne, 1987), deteksi sinar UV 366 nm (sesudah diuapi amonia). Pemeriksaan alkaloid: FD Silika gel GF254, IG etil asetat-metanol-air (100:13,5:10) (Wagner et al., 1984), deteksi sinar UV 254 nm dan 366 nm, pereaksi warna Dragendorff.
c) Analisis kandungan fraksi etil asetat. Ekstrak etanol diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan air. Pemeriksaan flavonoid: FD selulosa; FG asam asetat 30%, asam klorida-asam asetat-air (3:30:10), asam klorida-asam asetat-air (Forestal) (10:30:10), t-butanol-asam asetat-air (6:2:1) (fase butanol), n-butanol-asam asetat-air (n-BAW) (4:1:5); deteksi sinar UV 254 dan 366 nm (sesudah diuapi amonia) dan pereaksi warna Sitroborat.
d) Analisis kandungan fraksi air. Diperlakukan sama seperti pada fraksi etil asetat.
e) Analisis kandungan ekstrak air.
Pemeriksaan adanya flavonoid: FD selulosa, FG asam asetat 15%, deteksi pereaksi warna Sitroborat. Pemeriksaan gala: FD selulosa, FG t-butanol-etil asetat-air (6:2:1) (fase butanol), deteksi sinar tampak dan pereaksi Anilin ftalat.
2) Pemeriksaan mikrobiologi
Bagian lain dari ekstrak P.E., fraksi etil asetat, fraksi air dan ekstrak air (setelah disisihkan 5 ml untuk uji KLT), digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi terhadap C. albicans. Dibuat media pertumbuhan C. albicans, yaitu Sabouraud. Air sebagai pelarut agar, dikurangi dari yang seharusnya dan kekurangan pelarut diganti dengan larutan ekstrak hingga didapat konsentrasi 40% dan 80% ekstrak dalam media. Tiap petri berisi ±20 ml agar. Juga dibuat media kon- trol berisi, pelarut masing-masing. Pelarut ekstrak P.E. dan fraksi etil asetat adalah PEG 400 sedang fraksi air dan ekstrak air adalah air .
HASIL DAN PEMBAHASANPemeriksaan adanya flavonoid: FD selulosa, FG asam asetat 15%, deteksi pereaksi warna Sitroborat. Pemeriksaan gala: FD selulosa, FG t-butanol-etil asetat-air (6:2:1) (fase butanol), deteksi sinar tampak dan pereaksi Anilin ftalat.
2) Pemeriksaan mikrobiologi
Bagian lain dari ekstrak P.E., fraksi etil asetat, fraksi air dan ekstrak air (setelah disisihkan 5 ml untuk uji KLT), digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi terhadap C. albicans. Dibuat media pertumbuhan C. albicans, yaitu Sabouraud. Air sebagai pelarut agar, dikurangi dari yang seharusnya dan kekurangan pelarut diganti dengan larutan ekstrak hingga didapat konsentrasi 40% dan 80% ekstrak dalam media. Tiap petri berisi ±20 ml agar. Juga dibuat media kon- trol berisi, pelarut masing-masing. Pelarut ekstrak P.E. dan fraksi etil asetat adalah PEG 400 sedang fraksi air dan ekstrak air adalah air .
Terhadap ekstrak P.E. diperiksa adanya terpenoid dan triterpenoid. Deteksi adanya tefipenoid menggunakan pereaksi warna Vanilin-asam sulfat; bila terdapat terpenoid maka warna bercak berkisar antara biru sampai ungu.[...]
ABSTRAK
Telah dilakukan uji
mikrobiologi terhadap hambatan pertumbuhan Candida albicans oleh ekstrak
petroleum eter dan fraksi etil asetat daun Kembang Bulan (Tithonia
diversifolia A. Gray.), serta pemeriksaan golongan kimia yang terdapat
dalam daun tanaman tersebut.Pemeriksaan golongan kimia tanaman dan aktivitas menghambat pertumbuhan C. albicans dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengekstraksi serbuk kering memakai alat soxhlet menggunakan pelarut petroleum eter dilanjutkan etanol 80%, serta diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat.
Uji mikrobiologi dilakukan terhadap ekstrak petroleum eter, fraksi etil asetat, fraksi air dan ekstrak air pada media pertumbuhan C. albicans (Sabouraud) dengan metode dilusi padat. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 40% dan 80%.
Pengamatan dilakukan 24 jam setelah penanaman. Secara kualitatif, pada konsentrasi 80% ekstrak petroleum eter dan fraksi etil asetat menghambat secara nyata, sedang pada konsentrasi 40% terjadi pengurangan kepadatan pertumbuhan (dibandingkan dengan kontrol). Fraksi air dan ekstrak air tidak menghambat pertumbuhan C. albicans.
Pemeriksaan golongan kimia tanaman dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis menggunakan berbagai variasi komposisi pelarut dan pereaksi warna. Hasil pemeriksaan golongan kimia tanaman menunjukkan bahwa Kembang Bulan mengandung sedikitnya 12 senyawa terpenoid, 14 senyawa flavonoid dan gula. Pada daun, dengan metode kromatografi lapis tipis, tak terdeteksi adanya alkaloid dan triterpenoid.[...]
Selengkapnya...
Fixed Deposit Interest Calculator
ReplyDelete