PENDAHULUAN
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kecenderungan Insomia Pada Lansia - Jumlah lanjut usia (lansia) di seluruh dunia pada tahun 2005 diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan bertambah. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), Jumlah penduduk 147,3 juta, dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang berusia 50 tahun ke atas, dan kurang lebih 6,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang tersebut terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lansia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh negara. Pada tahun 2010 jumlah lansia diprediksi naik menjadi 9,58 % dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020 angka itu meningkat menjadi 11,20 % dengan harapan hidup 70,1 tahun (Chamzah, 2005).
Stres dan kecemasan merupakan bagian di dalam kehidupan manusia sehari- hari. Bagi orang yang penyesuaiannya baik maka stres dan kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka stres dan kecemasan merupakan bagian terbesar di dalam kehidupannya, sehingga stres dan kecemasan menghambat kegiatannya sehari-hari. Mungkin dari luar seseorang tidak nampak apabila dia mengalami stres maupun kecemasan, akan tetapi apabila kita bergaul dekat dengannya maka akan tampak sekali manifestasi stres dan kecemasan yang dialaminya (Prawitasari, 1998). Kecemasan merupakan respon psikologis dan tingkah laku terhadap stres dan merupakan bagian yang penting dari pengalaman manusia.
Gejala klinik dapat berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, kordis dan meningkatnya tekanan darah, sakit kepala,rasa capek, dan lain-lain (Panjaitan, 1998).
Kecemasan merupakan pengalaman tegang baik yang disebabkan oleh keadaan khayalan atau nyata. Konflik –konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh individu akan menjadikan pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya, kecemasan yang normal dapat membuat seseorang mampu bergerak cepat dan gesit (Hawari, D.1997).
Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood, depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir, 2007).
Gejala klinik dapat berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, kordis dan meningkatnya tekanan darah, sakit kepala,rasa capek, dan lain-lain (Panjaitan, 1998).
Kecemasan merupakan pengalaman tegang baik yang disebabkan oleh keadaan khayalan atau nyata. Konflik –konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh individu akan menjadikan pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya, kecemasan yang normal dapat membuat seseorang mampu bergerak cepat dan gesit (Hawari, D.1997).
Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood, depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir, 2007).
Berdasarkan data Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta pada bulan Agustus 2008, lansia yang tinggal di panti tersebut berjumlah 90 orang. Dari hasil studi pendahuluan peneliti menemukan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti tersebut cenderung memiliki masalah gangguan tidur/insomnia. Menurut para lansia hal ini disebabkan adanya rasa cemas yang sering mereka alami.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian metode korelasional, dengan pendekatan survey cross-sectional adalah Suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran /observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali, pada suatu saat. Sehingga tidak semua subyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama akan tetapi baik variable independen maupun dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2003)
Penelitian ini dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta, waktu penelitian pertengahan bulan februari 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang berjumlah 90 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik teknik simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Untuk memperoleh sampel yang representif, pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata.
Analisa data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan insomnia pada lansia. Analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Square.[...]
Penelitian ini dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta, waktu penelitian pertengahan bulan februari 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang berjumlah 90 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik teknik simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Untuk memperoleh sampel yang representif, pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata.
Analisa data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan insomnia pada lansia. Analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Square.[...]
0 Response to "Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kecenderungan Insomia Pada Lansia"
Post a Comment