PENDAHULUAN
Cabe jamu merupakan salah satu tanaman obat yang sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu. Tanaman ini merupakan tumbuhan asli Indonesia, termasuk dalam famili Piperaceae, yang mempunyai sekitar 10 genera dan lebih dari 1.000 species. Nama latin cabe jamu yaitu Piper retrofractum Vahl. dan nama sinonim P. officinarum DC. Tanaman tersebut termasuk salah satu dari 5 jenis di dalam genus Piper yang mempunyai nilai ekonomi bersama 4 species lainnya yaitu P. nigrum (lada), P. betle (sirih), 3) P. cubeba L. (kemukus), P. longum (Indian long pepper) dan P. methysticum (Heyne, 1987).
Dalam bahasa Inggris cabe jamu dikenal dengan nama Java long pepper, sedangkan di Indonesia dikenal hampir di semua tempat dengan nama daerah yang berbeda, seperti lada panjang, cabe panjang (Sumatera), cabe jawa (Sunda), cabean, cabe alas, cabe sula, cabe jamu (Jawa), cabe jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura), cabia, cabian (Sulawesi).
Dalam bahasa Inggris cabe jamu dikenal dengan nama Java long pepper, sedangkan di Indonesia dikenal hampir di semua tempat dengan nama daerah yang berbeda, seperti lada panjang, cabe panjang (Sumatera), cabe jawa (Sunda), cabean, cabe alas, cabe sula, cabe jamu (Jawa), cabe jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura), cabia, cabian (Sulawesi).
Dahulu tanaman cabe jamu tidak dibudidayakan tapi banyak tumbuh liar di hutan-hutan terutama di pulau Jawa. Kebutuhan akan buah cabe jamu baik untuk domestik maupun untuk ekspor masih cukup dipanen dari tanaman liar. Pada waktu itu cabe jamu sebagian besar diekspor ke negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, India dan Cina dan sebagian kecil diekspor ke negara-negara Eropa (Purseglove et al., 1981).
Sejalan dengan perkembangan pesat industri obat tradisional dalam negeri, maka kebutuhan akan buah cabe jamu juga terus meningkat. Di sisi lain, peluang ekspor buah cabe jamu juga masih terbuka lebar, sehingga secara perlahan tanaman cabe jamu mulai dibudidayakan oleh petani. Pengembangan budidaya tanaman cabe jamu di Indonesia masih cukup relevan. Lahan dan iklim yang sesuai untuk pengembangan budidaya cabe jamu cukup luas, sehingga upaya tersebut kiranya tidak akan mengalami hambatan yang berarti. Untuk mendukung pengembangannya maka pada bagian selanjutnya tulisan ini akan diuraikan mengenai status teknologi yang tersedia dan yang sebaiknya perlu dilan- jutkan.
Sejalan dengan perkembangan pesat industri obat tradisional dalam negeri, maka kebutuhan akan buah cabe jamu juga terus meningkat. Di sisi lain, peluang ekspor buah cabe jamu juga masih terbuka lebar, sehingga secara perlahan tanaman cabe jamu mulai dibudidayakan oleh petani. Pengembangan budidaya tanaman cabe jamu di Indonesia masih cukup relevan. Lahan dan iklim yang sesuai untuk pengembangan budidaya cabe jamu cukup luas, sehingga upaya tersebut kiranya tidak akan mengalami hambatan yang berarti. Untuk mendukung pengembangannya maka pada bagian selanjutnya tulisan ini akan diuraikan mengenai status teknologi yang tersedia dan yang sebaiknya perlu dilan- jutkan.
Perkembangan Cabe Jamu di Indonesia
Sudah sejak zaman dahulu kala buah cabe jamu termasuk salah satu simplisia yang banyak digunakan dalam ramuan jamu dan obat tradisional. Secara tradisional buah cabe jamu digunakan untuk obat beri-beri, kejang perut, masuk angin, dan obat kuat lelaki (aprodisiak) (Anwar, 2001). Selain itu juga digunakan dalam ramuan minuman penyegar seperti bandrek, bajigur, dan minuman penyegar lainnya. Akar lekatnya dikunyah dan air rebusan daunnya dikumur berkhasiat sebagai obat sakit gigi. Di Madura serbuk dari buah biasa dibubuhkan ke dalam minuman seperti teh, kopi, susu dan minuman lainnya. Penduduk Ulias di Ambon menggunakan buah cabe jamu sebagai rempah pengganti cabe rawit (Heyne, 1987).
Selain digunakan di dalam negeri, cabe jamu juga merupakan komoditas ekspor. Indonesia telah mengekpor buah cabe jamu sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu sebagian besar (± 1.052 ton) cabe jamu Indonesia diekspor ke beberapa negara Asia seperti Singapura, Malaysia, India, China dan ke Eropa, sedangkan sisanya (± 971 ton) digunakan oleh industri obat tradisional di dalam negeri (BPS, 2001). Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri obat tradisional dalam negeri, maka saat ini buah cabe jamu sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri obat tradisional dalam negeri. Pada tahun 2002 pasokan buah cabe jamu dalamnegeri sebesar 5.557 ton dan yang terserap oleh industri obat dalam negerisebanyak 3.731,84 ton, dan sisanya se- besar 1.795,16 ton di ekspor ke berba- gai negara Asia dan Eropa (Kemala et al., 2005).[...]
0 Response to "Teknologi Tanaman Cabe Jamu"
Post a Comment