PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler ialah penyebab kematian utama di dunia. Di tahun 2004, diperkirakan sekitar 17,1 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler. 7,2 juta orang diantaranya meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 5,7 juta orang meninggal akibat stroke.1 Penyakit jantung koroner adalah penyakit multifaktorial. Faktor-faktor risiko tersebut adalah usia,jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga, merokok, hipertensi, diabetes melitus, gaya hidup yang tidak aktif, obesitas, dan hiperkolesterolemia. 3 Salah satu faktor risiko yang dapat dihindari adalah hiperkolesterolemia.
HDL (high density lipoprotein) adalah lipoprotein yang mengangkut ester kolesteril dari jaringan ke dalam hati untuk diproses lebih lanjut, yang selanjutnya dikenal sebagai lemak baik.4 Pada dekade terakhir ini, kolesterol HDL telah banyak diteliti karena dianggap sebagai target terapeutik yang potensional terhadap penyakit kardiovaskuler.5 Sebuah studi baru menunjukkan bahwa kadar kolesterol HDL yang tinggi dapat melindungi tubuh terhadap penyakit jantung dan stroke, tidak tergantung pada kadar kolesterol LDL.6 Namun demikian belum banyak obat yang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Obat peningkat kolesterol HDL yang tersedia saat ini adalah niasin dosis tinggi, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL sekitar 20%. Tetapi memiliki efek samping yang mengganggu, seperti kulit kemerahan dan gatal–gatal, gangguan pada traktus gastrointestinal, juga meningkatkan resistensi insulin.6,7,8 pada tahun 2004, sebuah penelitian menunjukkan bahwa torcetrapib mampu meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL dengan ataupun tanpa penambahan statin.9 namun pada desember 2006, Pfizer menghentikan penelitian obat torcetrapib terhadap 15.000 partisipan karena laju kematian lebih tinggi pada yang meminum obat dibandingkan placebo.6,9 Untuk itu diperlukan pengembangan obat baru yang jauh lebih aman, murah dan efektif dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL Saat ini banyak masyarakat yang mencoba menggunakan pengobatan alternatif, karena selain dianggap lebih aman jika dibandingkan dengan obat-obatan sintetik, juga biaya yang diperlukan jauh lebih rendah.11 Salah satunya adalah teh rosella dari tanaman Hibiscus sabdariffa yang saat ini mulai banyak dikonsumsi di Indonesia. Telah diteliti oleh Sekolah Farmasi ITB bahwa salah satu kandungan dari Hibiscus sabdariffa adalah anthocyanin.14 Di mana berbagai studi mengatakan bahwa zat anthocyanin ini dapat menurunkan profil lipid yaitu, kadar kolesterol, trigliserid, dan kolesterol LDL darah serta menaikkan kadar kolesterol HDL.15,16 Kandungan serat serta niasinnya yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL, walaupun dikatakan bahwa serat hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali potensi untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, namun niasin merupakan agen paling efektif untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL.7,8,17 Sehingga tanaman ini patut diteliti lebih jauh untuk melihat kemampuannya dalam menyembuhkan dan menurunkan resiko berbagai penyakit kardiovaskuler.
Dengan landasan berbagai informasi ini, peneliti bermaksud membuktikan pengaruh seduhan dari kelopak kering bunga Hibiscus sabdariffa dalam menurunkan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Terutama dalam menaikkan kadar kolesterol HDL darah sebagai lemak baik pada tikus dengan kondisi hiperkolesterolemia.
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Biokimia, Farmakologi, Fisiologi, Kimia. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) adalah true experimental laboratorik dengan rancangan Pre and Post Randomized Controlled hiperkolesterolemik sebagai objek penelitian. Jumlah sampel 24 ekor tikus sprague-dawley jantan usia 8 minggu.
Tikus dipilih secara acak dengan metode Simple Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi yaitu tikus sprague dawley jantan, berat badan lebih dari 180 gram selama masa penelitian, dan usia 8 minggu. Kriteria eksklusinya adalah tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif), tikus mengalami diare, tikus mengalami penurunan berat badan (kurang dari 180 gr), tikus mati dalam masa UGM mulai bulan Maret – Juni 2010. Desain penelitian Group Design menggunakan tikus Sprague-dawley penelitian dan kadar kolesterol pre-test < 135mg/dl. Dalam penelitian ini tikus dibagi dalam 4 kelompok dengan jumlah sampel 6 ekor tikus per kelompok sehingga memenuhi kriteria WHO23. Variabel bebas adalah seduhan kelopak kering Hibiscus sabdariffa dengan tiga tingkatan dosis (125mg/KgBB/hari, 250mg/KgBB/Hari, 500mg/KgBB/hari.
Variabel tergantung adalah kadar kolesterol LDL serum tikus setelah pemberian seduhan Hibiscus sabdariffa. Seduhan Hibiscus sabdariffa dibuat dengan menyeduh 150 gram kelopak kering HS dengan ukuran kurang lebih 2 mm x 2 mm dalam 300ml air selama 3 menit. Cara ini mencukupi untuk terjadinya ekstraksi kandungan yang lengkap. Kemudian seduhan difiltrasi secara cepat dengan menggunakan buchner funnel kemudian disimpan dalam lemari es dengan suhu 40C13. Seduhan dibuat baru setiap hari.
Kadar kolesterol HDL diperiksa dengan menggunakan metoda CHOD-PAP Reagen untuk analisa menggunakan kit reagen HDL cholesterol (10.018) merek Human-Bavaria GmBH Sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol HDL diperoleh dari darah vena retroorbitalis. Pakan standar terdiri dari kasein, DL-methionin, sukrosa, tepung jagung, selulosa, minyak biji kapas, vitamin dan mineral serta minum secara ad libitum. Pakan tinggi lemak dan kolesterol terdiri dari pakan standar dan lemak babi diberikan per sonde dengan perbandingan total pakan dengan jumlah lemak babi 10:1.
Seluruh tikus diadaptasi selama 1 minggu kemudian diberikan pakan tinggi lemak selama 4 minggu. Setelah itu, seluruh tikus diambil darah vena pada pleksus retroorbitalis untuk pemeriksaan kadar kolesterol pre-test LDL serum. Tikus kemudian dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok K (kontrol), P1 (perlakuan 1), P2 (perlakuan 2), P3 (perlakuan 3). Kelompok K mendapat pakan standar, P1 mendapat pakan standar dan seduhan HS 125mg/KgBB/hari, P2 mendapat pakan standar dan seduhan HS 250 mg/KgBB/hari, dan P3 mendapat pakan standar dan seduhan HS 500mg/KgBB/hari selama 6 minggu. Selanjutnya, diambil darah vena pleksus retroorbitalis untuk pemeriksaan kolesterol LDL serum post-test. Penimbangan berat badan dilakukan 1 minggu sekali. Data merupakan data primer, memiliki skala pengukuran kategorik ordinal untuk variabel bebas dan skala pengukuran numerik berupa rasio untuk variabel tergantung. Distribusi data normal setelah diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk sehingga ukuran pemusatannya mean dan standar deviasi sebagai ukuran penyebaran. Data tidak homogen bahkan setelah dilakukan transformasi. Data terdistribusi normal dan homogen jika p>0,05.
Uji statistik parametrik Kruskal-wallis dilakukan untuk melakukan komparasi kadar kolesterol LDL setelah perlakuan dan didapatkan perbedaan yang bermakna sehingga dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc Mann-whitney. Kemudian untuk melihat adanya perbedaan hasil antara pre-test dengan post–test dilakukan uji statistik parametrik Paired t test Ketentuan yang digunakan jika p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang bermakna.[...]
0 Response to "DAMPAK PEMBERIAN SEDUHAN KELOPAK KERING BUNGA ROSELLA TERHADAP KADAR KOLESTEROL HDL SERUM TIKUS SPRAGUE DAWLEY HPERKOLESTEROLEMIK"
Post a Comment