Abstrak
Penyakit Burger adalah penyakit pembuluh darah yang bersifat
segmental pada anggota gerak. Akibat iskemi jari-jari tangan dan kaki, terjadi
gambaran klinis yang mirip kusta. Dilaporkan satu kasus penderita pria, umur 32
tahun yang mengalami deformitas dan mutilasi sakit kalau berjalan. Sebelum
masuk rumah sakit, diobati sebagai penderita kusta di puskesmas setempat selama
3 tahun.
Diagnosis penyakit Burger ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan arteriorgrafi. Terapi dan follow up dilaksanakan
bersama-sama Lab/UPF Bedah RSU Dadi UP/FK UNHAS. Dibicarakan juga etiologi,
patogenesis dan pengobatan penyakit Burger.
Pendahuluan
Penyakit Burger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit pembuluh darah arteri dan vena yang bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam, berupa peradangan, proliferasi dan non supurasi serta terjadi penyumbatan oleh trombus pada segmen yang terkena, terutama mengenai pembuluh darah kecil dan sedang(1,2,3). Biasanya mengenai pria dewasa muda (terbanyak pada umur 20–40 tahun), jarang di atas umur 50 tahun dan sangat jarang mengenai wanita(1,3,4). Hipersensitif terhadap protein tembakau banyak disebut sebagai penyebab, namun demikian faktor-faktor seperti :
faktorgenetik, ras, hormon, iklim, trauma dan infeksi merupakan faktor predisposisi(3,5,6). Gejala yang klasik adalah tungkai terasa berat dan nyeri bila penderita berjalan (klaudikasio intermiten) maupun pada waktu istirahat (rest pain) (2,4,5).
Penyakit Burger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit pembuluh darah arteri dan vena yang bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam, berupa peradangan, proliferasi dan non supurasi serta terjadi penyumbatan oleh trombus pada segmen yang terkena, terutama mengenai pembuluh darah kecil dan sedang(1,2,3). Biasanya mengenai pria dewasa muda (terbanyak pada umur 20–40 tahun), jarang di atas umur 50 tahun dan sangat jarang mengenai wanita(1,3,4). Hipersensitif terhadap protein tembakau banyak disebut sebagai penyebab, namun demikian faktor-faktor seperti :
faktorgenetik, ras, hormon, iklim, trauma dan infeksi merupakan faktor predisposisi(3,5,6). Gejala yang klasik adalah tungkai terasa berat dan nyeri bila penderita berjalan (klaudikasio intermiten) maupun pada waktu istirahat (rest pain) (2,4,5).
LAPORAN KASUS
Seorang pria bangsa Indonesia berumur 32 tahun dirawat
di Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dadi Ujung Pandang dari
tanggal 3 Juni 1992 sampai 30 Juni 1992 dengan keluhan ruasruas jari
tangan dan kaki sebagian lepas, luka pada bagian jari 5 kaki kanan,
perasaan nyeri pada tungkai bawah terutama kalau berjalan.
Pada mulanya sekitar 6 tahun lalu, telunjuk kanan
penderita tertusuk kayu, lukanya tidak sembuh-sembuh walaupun penderita
telah berusaha mendapat pengobatan dari mantri. Malah lukanya membengkak,
bernanah, kemudian menyusut dan berubah wama menjadi hitam disertai perasaan
sakit. Karena tulang menonjol keluar, maka penderita melepas sendiri ruas
telunjuknya dengan pisau silet. Hal yang sama terjadi juga pada jari-jari
tangan dan jari-jari kaki yang lain sampai keadaan seperti sekarang ini.
Pada saat penderita berobat di Puskesmas setempat penderita diberi obat
DDS, Lampren dan Rifampisin, obat ini diminum secara teratur selama 3
tahun. Akhirnya karena tidal( puas, penderita datang di Lab/UPF Penyakit
Kulit dan Kelamin FK UNHAS/RSU Dadi Ujung Pandang. Pekerjaan penderita
adalah memancing ikan pada malam hari sampai pagi
sambil menghabiskan paling kurang 4 bungkus rokok setiap malam. Tidak
ada keluarga yang sakit salami ini. Pada pemeriksaan fisik, penderita
tampak sakit sedang, gizi cukup, compos mantis, higiene cukup. Denyut nadi
88 kali permenit, pemafasan 16 permenit, suhu ketiak 36,8
derajat Celsius, tekanan darah 110/70 mmHg. Pada pemeriksaan paru-paru,
jantung dan perut kesan normal.
Pemeriksaan tambahan; pada palpasi arteri radialis kiri
dan kanan, arteri peroneus kiri dan kanan, arteri poplitea kiri
dan kanan melemah. Pada palpasi kaki terasa lebih dingin dari bagian
tubuh yang lain sampai setinggi maleolus, sedang pada tangan sampai
pertengahan telapak tangan. Kulit pada bagian distal ekstremitas dekat
lesi, agak kering, ada yang mengkilat dan hipestesi. Pada test berjalan,
penderita merasa sakit setelah berjalan 30 meter.
Status dermatologis, pada kepala dan leher tidak ditemukan kelainan, tidak ada pembesaran n. aurikularis magnus. Pala dada, bokong, punggung dan perut tidak ditemukan kelainan. Kelenjar-kelenjar tidak ada yang membesar. Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior ditemukan : atrofi otot-otot tangan dan otot-otot kaki, runs distal jari jari tangan sebagian mengecil dan hilang, jari 5 kaki kanan hilang seluruhnya, jari-jari kaki yang lain sebagian mengecil dan hilang, ulkus pada tempat jari 5 kaki kanan, kuku-kuku jari kaki dan tangan sebagian mengalami kerusakan (destruksi).
Hasil pemeriksaan laboratorium; hemoglobin 11,9 gram%, eritrosit 11.400/mm3, laju endap darah 105/122. Pada hitung jenis : eosinofil 1, basofil 0, batang 0, segmen 66, limfosit 30 dan monosit 3. Urine dan tinja tidak ada kelainan. Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal dalam batas-batas normal. Gula darah puasa 73, gula darah 2 jam pp 82. Diagnosis kerja ditegakkan sebagai penyakit Burger dengan ulkus.
Pengobatan yang diberikan; eritromisin 3 x 500 mg perhari, asam mefenamat 3 x 500 mg perhari, klobazam (Frisium®) 2 x 5 mg perhari, pentoksifilin (Trental®) 2 x 400 mg perhari. Ulkus pada kaki dirawat dengan kompres betadine. Konsultasi bagian bedah; sangat mungkin Burger disease, anjuran arteriografi ekstremitas inferior kanan. Pemeriksaan arteriografi tanggal 26-6-1992 no.rad. 0601859 DUD didapatkan: Obstruksi bagian proksimal arteri peronealis kanan tetapi distal dari kolateral yang berasal dari proksimal. Arteri tibialis anterior dan posterior seraph dengan permukaan tidak rata, mulai ada pembentukan kolateral, mungkin trombosis. Selanjutnya penderita dikirim dan di follow up di bagian Bedah RSU Dadi Ujung Pandang.
Status dermatologis, pada kepala dan leher tidak ditemukan kelainan, tidak ada pembesaran n. aurikularis magnus. Pala dada, bokong, punggung dan perut tidak ditemukan kelainan. Kelenjar-kelenjar tidak ada yang membesar. Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior ditemukan : atrofi otot-otot tangan dan otot-otot kaki, runs distal jari jari tangan sebagian mengecil dan hilang, jari 5 kaki kanan hilang seluruhnya, jari-jari kaki yang lain sebagian mengecil dan hilang, ulkus pada tempat jari 5 kaki kanan, kuku-kuku jari kaki dan tangan sebagian mengalami kerusakan (destruksi).
Hasil pemeriksaan laboratorium; hemoglobin 11,9 gram%, eritrosit 11.400/mm3, laju endap darah 105/122. Pada hitung jenis : eosinofil 1, basofil 0, batang 0, segmen 66, limfosit 30 dan monosit 3. Urine dan tinja tidak ada kelainan. Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal dalam batas-batas normal. Gula darah puasa 73, gula darah 2 jam pp 82. Diagnosis kerja ditegakkan sebagai penyakit Burger dengan ulkus.
Pengobatan yang diberikan; eritromisin 3 x 500 mg perhari, asam mefenamat 3 x 500 mg perhari, klobazam (Frisium®) 2 x 5 mg perhari, pentoksifilin (Trental®) 2 x 400 mg perhari. Ulkus pada kaki dirawat dengan kompres betadine. Konsultasi bagian bedah; sangat mungkin Burger disease, anjuran arteriografi ekstremitas inferior kanan. Pemeriksaan arteriografi tanggal 26-6-1992 no.rad. 0601859 DUD didapatkan: Obstruksi bagian proksimal arteri peronealis kanan tetapi distal dari kolateral yang berasal dari proksimal. Arteri tibialis anterior dan posterior seraph dengan permukaan tidak rata, mulai ada pembentukan kolateral, mungkin trombosis. Selanjutnya penderita dikirim dan di follow up di bagian Bedah RSU Dadi Ujung Pandang.
PEMBICARAAN
Tromboangitis obliterans merupakan penyakit oklusi khronis
pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama
mengenai pembuluh darah periferekstremitas inferior dan superior(3,5,7,8).
Akibat iskemi ujung distal anggota gerak maka terjadi proses patologis
seperti atrofi otot-otot skelet, osteoporosis dan nekrosis tulang, Iemak
diabsorpsi diganti dengan jaringan ikat mengakibatkan jari-jari mengkerut, kulit atrofi
dan kering, pertumbuhan kuku lambat dan kuku jadi rusak, saraf mengalami
fibrosis perineural dan perivaskuler. Selanjutnya dapat terjadi ulkus, gangren
dan amputasi ruas jari-jari kaki atau tangan(2,3,7,9). Proses patologis di
atas dapat memberikan gambaran klinis yang mirip penyakit kusta dengan
absorpsi berat jari-jari tangan dan kaki.
Pada penyakit kusta terjadinya deformitas selain
akibat respon langsung jaringan terhadap Mycobacterium leprae,
juga sekunder dari adanya anestesi, paralisis otot (deformitas
primer). Infiltrasi hasil kusta pada tulang menyebabkan terjadinya
dekalsifikasi lokal dan osteoporosis terutama pada daerah
trabeculae tulang kecil yang letaknya superfisial. Granuloma leprae
menginfiltrasi tulang rawan pada sendi kecil yang letaknya superfisial, mengakibatkan
kontraktur dan tulang rawan diabsorpsi. Di samping itu trauma dan infeksi
sekunder menyebabkan tulang-tulang jari jari tangan dan kaki kolaps dan
mutilasi.[...]
(Oleh: M. Adam M, Darwis Toena, Jenny Ritung, Zainuddin Maskur
Bagian/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
Rumah Sakit Umum Dadi, Ujung Pandang)
0 Response to "Misdiagnosis Kusta pada Penyakit Buerger"
Post a Comment