PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan di negara maju dan negara sedang berkembang. Di seluruh dunia didapatkan 50 juta kematian tiap tahun karena PJK, 39 juta terdapat di negara sedang berkembang ( MacGill, 2000 ).
Dislipidemia merupakan salah satu factor resiko utama aterosklerosis yang menjadi dasar penyakit PJK, disamping factor resiko lain seperti merokok, obesitas, hipertensi dan diabetes mellitus ( Wijaya 1998, Perkeni 2004)
Asam lemak terutama terdapat sebagai ester dalam minyak dan lemak alami tetapi bisa terdapat dalam bentuk teresterifikasi sebagai asam lemak bebas yakni suatu bentuk transpor yang terdapat di dalam plasma. Asam lemak yang terdapat dalam lemak alami biasanya adalah turunan rantai lurus yang mengandung atom karbon berjumlah genap. Rantai tersebut dapat jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau tidak jenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan di negara maju dan negara sedang berkembang. Di seluruh dunia didapatkan 50 juta kematian tiap tahun karena PJK, 39 juta terdapat di negara sedang berkembang ( MacGill, 2000 ).
Dislipidemia merupakan salah satu factor resiko utama aterosklerosis yang menjadi dasar penyakit PJK, disamping factor resiko lain seperti merokok, obesitas, hipertensi dan diabetes mellitus ( Wijaya 1998, Perkeni 2004)
Asam lemak terutama terdapat sebagai ester dalam minyak dan lemak alami tetapi bisa terdapat dalam bentuk teresterifikasi sebagai asam lemak bebas yakni suatu bentuk transpor yang terdapat di dalam plasma. Asam lemak yang terdapat dalam lemak alami biasanya adalah turunan rantai lurus yang mengandung atom karbon berjumlah genap. Rantai tersebut dapat jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau tidak jenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).
Pengaruh konsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh (ALJ), asam lemak tak jenuh (ALTJ) dan kolesterol terhadap konsentrasi kolesterol serum telah jelas dari sejumlah penelitian eksperimental (Hegsted et al., 1965; Etem et al., 1965a).
Begitupun studi epidemiologi menerangkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol berhubungan dengan timbulnya PKV dini (Schaefer, 1997; Shekelle et al., 1981). Studi lain pada awal penelitian Keys juga menyatakan bahwa jenis lemak adalah faktor penting yang menentukan kadar kolesterol dalam darah. ALJ berhubungan dengan kenaikan kolesterol serum sedangkan ALTJ menurunkan kadar serum kolesterol (Kinsell et al ., 1952). Studi-studi berikutnya juga menerangkan hubungan antara ALJ dengan aterosklerosis. Pada beberapa eksperimen dengan binatang dan manusia yang diberi makan ALJ maka secara konsisten menaikkan kadar serum kolesterol dibandingkan ALTJ (Grundy dan Denke, 1990).
Begitupun studi epidemiologi menerangkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol berhubungan dengan timbulnya PKV dini (Schaefer, 1997; Shekelle et al., 1981). Studi lain pada awal penelitian Keys juga menyatakan bahwa jenis lemak adalah faktor penting yang menentukan kadar kolesterol dalam darah. ALJ berhubungan dengan kenaikan kolesterol serum sedangkan ALTJ menurunkan kadar serum kolesterol (Kinsell et al ., 1952). Studi-studi berikutnya juga menerangkan hubungan antara ALJ dengan aterosklerosis. Pada beberapa eksperimen dengan binatang dan manusia yang diberi makan ALJ maka secara konsisten menaikkan kadar serum kolesterol dibandingkan ALTJ (Grundy dan Denke, 1990).
Bentuk kolesterol LDL yang teroksidasi (oxLDL) berperan penting pada patogenesis disfungsi endotel. Jejas vaskuler awal dari yang dapat menyebabkan aterosklerosis mengakibatkan dinding vaskuler permeabel terhadap berbagai lipoprotein seperti VLDL kolesterol, kilolomikron,dan kolesterol LDL, sehingga mengakibatkan terperangkapnya lipid tersebut pada lapisan intima dari vaskuler.Kolesterol LDL kemudian akan mengalami oksidasi oleh superoxide yang dihasilkan oleh NAD(P)H oxidase makrofag.
Hiperkolesterolemia cenderung mengakibatkan oksidasi LDL melalui peningkatan substrat, perubahan konformasi LDL yang lebih rentan terhadap oksidasi dan peningkatan produksi O2- vaskuler. OxLDL dapat merangsang sejumlah proses redox-sensitive yang mempunyai dampak jelek terhadap fungsi endotel.
Melalui penghambatan terhadap eNOS dan inaktifasi NO, oxLDL dapat menurunkan bioavailabilitas NO. OxLDL dapat mempromosi proses inflamasi melalui aktifasi pembentukan sitokin inflamasi dan molekul adhesi melalui jalur redox-sensitive. Pelepasan mediator inflamasi pada gilirannya dapat mengaktifkan produksi ROS, termasuk diantaranya NAD(P)H oxidase dan SOD. Melalui proses tersebut dapat dikatakan bahwa oxLDL merupakan konsekuensi dan mediator stres oksidatif. Dengan kata lain terlibat dalam siklus mempertahankan suasana oksidatif stres terhadap lipoprotein yang pada gilirannya menyebabkan suasana inflamasi dan stres oksidatif yang lebih jauh. Jaringan lemak mensintesa berbagai macam hormone , sitokin proinflamasi dan factor pertumbuhan seperti seluruh komponen sistim RA, Tumor Necrosis Factor (TNFα) , Interleukin 6 (IL- 6), Leptin, Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI- 1), Transforming Growth Factor β ( TGF-β ) dan resistin. Faktor – faktor inflamasi ini dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi endotel, pada kondisi hiperkolesterolemia yang dipicu pengeluarannya oleh makrofag (foam cell) akibat ox-LDL yang menghasilkan keadaan stress oksidatif
Hiperkolesterolemia cenderung mengakibatkan oksidasi LDL melalui peningkatan substrat, perubahan konformasi LDL yang lebih rentan terhadap oksidasi dan peningkatan produksi O2- vaskuler. OxLDL dapat merangsang sejumlah proses redox-sensitive yang mempunyai dampak jelek terhadap fungsi endotel.
Melalui penghambatan terhadap eNOS dan inaktifasi NO, oxLDL dapat menurunkan bioavailabilitas NO. OxLDL dapat mempromosi proses inflamasi melalui aktifasi pembentukan sitokin inflamasi dan molekul adhesi melalui jalur redox-sensitive. Pelepasan mediator inflamasi pada gilirannya dapat mengaktifkan produksi ROS, termasuk diantaranya NAD(P)H oxidase dan SOD. Melalui proses tersebut dapat dikatakan bahwa oxLDL merupakan konsekuensi dan mediator stres oksidatif. Dengan kata lain terlibat dalam siklus mempertahankan suasana oksidatif stres terhadap lipoprotein yang pada gilirannya menyebabkan suasana inflamasi dan stres oksidatif yang lebih jauh. Jaringan lemak mensintesa berbagai macam hormone , sitokin proinflamasi dan factor pertumbuhan seperti seluruh komponen sistim RA, Tumor Necrosis Factor (TNFα) , Interleukin 6 (IL- 6), Leptin, Plasminogen activator inhibitor-1 (PAI- 1), Transforming Growth Factor β ( TGF-β ) dan resistin. Faktor – faktor inflamasi ini dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi endotel, pada kondisi hiperkolesterolemia yang dipicu pengeluarannya oleh makrofag (foam cell) akibat ox-LDL yang menghasilkan keadaan stress oksidatif
Sel endotel adalah lapisan yang meliputi permukaan dalam pembuluh darah yang berfungsi sebagai membrane selektif yang membatasi darah dengan jaringan sekitar pembuluh darah (Smith et al., 2005 ). Sel endotel berperan penting dalam mempertahankan fungsi homeostasis sistim kardiovaskuler. Sel endotel bertanggung jawab dalam mempertahankan permeabilitas serta pertukaran zat antara darah dan jaringan sekitarnya, menghasilkan zat vasoaktif dan proses angiogenesis, juga berfungsi sebagai tromboresisten ( Thomas an Ramwel , 2004 ).
Pengaruh diet tinggi asam lemak terhadap sel endotel menarik untuk diamati mengingat keterkaitan sel endotel dengan beberapa penyakit kardiovaskuler dan metabolit. Beberapa kelainan kardiovaskuler, seperti hipertensi, dislipidemia dan Diabetes Melitus, berkaitan dengan terjadinya disfungsi endotel, bisa sebagai dasar atau komplikasi dari penyakit tersebut ( Franco, 2005 ).
Pengaruh diet tinggi asam lemak terhadap sel endotel menarik untuk diamati mengingat keterkaitan sel endotel dengan beberapa penyakit kardiovaskuler dan metabolit. Beberapa kelainan kardiovaskuler, seperti hipertensi, dislipidemia dan Diabetes Melitus, berkaitan dengan terjadinya disfungsi endotel, bisa sebagai dasar atau komplikasi dari penyakit tersebut ( Franco, 2005 ).
Penurunan kadar NO terjadi karena sintesa NO yang menurun atau akibat degradasi yang meningkat sehingga berlebihannya produksi anion superoksid yang berakibat terjadi penurunan penghambatan proses aterogenik dan trombogenik dan penurunan kemampuan dilatasi arteri koroner ( Zieman, 2001 ). Di sisi lain beberapa ahli berpendapat bahwa kadar NO lebih berperan sebagai petanda adanya disfungsi endotel dan bukan merupakan faktor risiko koroner yang independen (Paulus, 2001) .
Ada satu studi yang gagal menemukan hubungan antara asupan tinggi lemak dengan fungsi endotel adalah studi yang dilakukan oleh Nelson et al (1995) Oleh karena itu , dari latar belakang tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak jenuh rantai panjang dan sedang maupun asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda terhadap kejadian disfungsi endotel pembuluh darah dengan menggunakan parameter yang berkaitan dengan fungsi endotel pembuluh darah yakni kadar NO dan IL6 serum darah tikus.
Tujuan Penelitian untuk Membuktikan ada pengaruh diet tinggi asam lemak jenuh rantai panjang dan sedang serta diet tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda terhadap kadar NO dan IL6 serum darah tikus jantan strain wistar.
Ada satu studi yang gagal menemukan hubungan antara asupan tinggi lemak dengan fungsi endotel adalah studi yang dilakukan oleh Nelson et al (1995) Oleh karena itu , dari latar belakang tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh pemberian diet tinggi asam lemak jenuh rantai panjang dan sedang maupun asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda terhadap kejadian disfungsi endotel pembuluh darah dengan menggunakan parameter yang berkaitan dengan fungsi endotel pembuluh darah yakni kadar NO dan IL6 serum darah tikus.
Tujuan Penelitian untuk Membuktikan ada pengaruh diet tinggi asam lemak jenuh rantai panjang dan sedang serta diet tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda terhadap kadar NO dan IL6 serum darah tikus jantan strain wistar.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium (experimental research) dengan rancangan penelitian true experimental design-postest only control group design. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Fisiologi Fakultas Farmasi UNAND untuk persiapan bahan dan sampel serta pengkondisian dan adaptasi hewan percobaan yang dilanjutkan ke tahap intervensi dan perlakuan. Pemeriksaan Kadar NO dan IL6 dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran UNAND. Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jenis Rattus novergicus Strain Wistar yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Surabaya. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi penelitian dengan kriteria inklusi, seperti: berjenis kelamin jantan, berumur ± 3,5 bulan, memiliki berat 100-150 gram, sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu: tikus yang tidak mau makan dan tikus yang mengalami penurunan keadaan fisik atau mati. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 ekor yang didapatkan dengan menggunakan rumus Abo Crombi. Tikus percobaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol negatif, dan 2 kelompok perlakuan, yang dikandangkan secara terpisah. Tiap kelompok, kecuali kontrol negatif diberi perlakuan sesuai dengan prosedur ALJP asam palmitat (C16:0) dari lemak sapi, ALJS asam laurat (C12:0) dari VCO, ALTJ ganda dari minyak jagung dan ALTJ Tunggal dari minyak zaitun diberikan secara oral sebanyak 2,5 ml/hr selama 2 bulan. Data yang diperoleh meliputi karakteristik sampel, kadar NO serum dan kadar IL6 serum darah tikus.[...]
Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium (experimental research) dengan rancangan penelitian true experimental design-postest only control group design. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Fisiologi Fakultas Farmasi UNAND untuk persiapan bahan dan sampel serta pengkondisian dan adaptasi hewan percobaan yang dilanjutkan ke tahap intervensi dan perlakuan. Pemeriksaan Kadar NO dan IL6 dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran UNAND. Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jenis Rattus novergicus Strain Wistar yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) Surabaya. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi penelitian dengan kriteria inklusi, seperti: berjenis kelamin jantan, berumur ± 3,5 bulan, memiliki berat 100-150 gram, sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu: tikus yang tidak mau makan dan tikus yang mengalami penurunan keadaan fisik atau mati. Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 ekor yang didapatkan dengan menggunakan rumus Abo Crombi. Tikus percobaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol negatif, dan 2 kelompok perlakuan, yang dikandangkan secara terpisah. Tiap kelompok, kecuali kontrol negatif diberi perlakuan sesuai dengan prosedur ALJP asam palmitat (C16:0) dari lemak sapi, ALJS asam laurat (C12:0) dari VCO, ALTJ ganda dari minyak jagung dan ALTJ Tunggal dari minyak zaitun diberikan secara oral sebanyak 2,5 ml/hr selama 2 bulan. Data yang diperoleh meliputi karakteristik sampel, kadar NO serum dan kadar IL6 serum darah tikus.[...]
0 Response to "Pengaruh Diet Tinggi Asam Lemak"
Post a Comment