PENDAHULUAN
Sekarang ini sudah terdapat 17 rumah sakit negeri dan swasta yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia telah memiliki pesawat teleterapi Cobalt-60 untuk tujuan terapi kanker. Pada dasarnya, inti pesawat teleterapi Cobalt-60 adalah satu sumber radioisotop Co-60 yang memancarkan sinar gamma berenergi rata-rata 1250 MeV. Sinar gamma dan Co-60 tersebut mempunyai daya tembus sangat tinggi, sehingga mampu menembus jaringan/organ yang berada di dalam tubuh sekalipun. Telah diketahui pula bahwa sel kanker bersifat lebih sensitif terhadap sinar gamma daripada sel normal. Karena daya tembusnya yang begitu besar dan bisa mematikan sel kanker, maka sinar gamma bisa dimanfaatkan untuk membunuh sel-sel kanker yang berada di dalain tubuh tanpa harus melalui operasi/pembedahan. Inilah salah satu keuntungan penggunaan pesawat teleterapi Cobalt-60, yaitu pengobatan/terapi kanker dan luar tubuh tanpa pembedahan pasien.
Dalam proses penyinaran (treatment) tumor dengan radiasi gamma harus setalu diupayakan agar sel-sel kanker mendapatkan dosis radiasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh dokter ahli radioterapi (radiotherapist). Untuk mencapai maksud tersebut maka penentuan letak/posisi tumor dan laju dosis radiasi yang keluar dari pesawat adalah sanga penting dan mutlak diperlukan.
Informasi yang berkaitan dengan posisi tumor, seperti kedalaman dan luas permukaan tumor, sangat diperlukan guna pemilihan metoda dan parameter-parameter penyinaran. Sedangkan laju dosis keluaran pesawat diperlukan untuk inenentukan waktu penyinaran, sehingga tercapai dosis seperti yang dikehendaki.
Makalah ini akan menjelaskan dan memberikan contoh praktis bagaimana cara menghitung waktu penyinaran tumor dengan pesawat teteterapi Cobalt-60 yang dengan mudah bisa diikuti oleh para fisikawan medik di bagian unit radioterapi.
Sekarang ini sudah terdapat 17 rumah sakit negeri dan swasta yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia telah memiliki pesawat teleterapi Cobalt-60 untuk tujuan terapi kanker. Pada dasarnya, inti pesawat teleterapi Cobalt-60 adalah satu sumber radioisotop Co-60 yang memancarkan sinar gamma berenergi rata-rata 1250 MeV. Sinar gamma dan Co-60 tersebut mempunyai daya tembus sangat tinggi, sehingga mampu menembus jaringan/organ yang berada di dalam tubuh sekalipun. Telah diketahui pula bahwa sel kanker bersifat lebih sensitif terhadap sinar gamma daripada sel normal. Karena daya tembusnya yang begitu besar dan bisa mematikan sel kanker, maka sinar gamma bisa dimanfaatkan untuk membunuh sel-sel kanker yang berada di dalain tubuh tanpa harus melalui operasi/pembedahan. Inilah salah satu keuntungan penggunaan pesawat teleterapi Cobalt-60, yaitu pengobatan/terapi kanker dan luar tubuh tanpa pembedahan pasien.
Dalam proses penyinaran (treatment) tumor dengan radiasi gamma harus setalu diupayakan agar sel-sel kanker mendapatkan dosis radiasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh dokter ahli radioterapi (radiotherapist). Untuk mencapai maksud tersebut maka penentuan letak/posisi tumor dan laju dosis radiasi yang keluar dari pesawat adalah sanga penting dan mutlak diperlukan.
Informasi yang berkaitan dengan posisi tumor, seperti kedalaman dan luas permukaan tumor, sangat diperlukan guna pemilihan metoda dan parameter-parameter penyinaran. Sedangkan laju dosis keluaran pesawat diperlukan untuk inenentukan waktu penyinaran, sehingga tercapai dosis seperti yang dikehendaki.
Makalah ini akan menjelaskan dan memberikan contoh praktis bagaimana cara menghitung waktu penyinaran tumor dengan pesawat teteterapi Cobalt-60 yang dengan mudah bisa diikuti oleh para fisikawan medik di bagian unit radioterapi.
METODA PERHITUNGAN
Menurut peraturan yang berlaku laju dosis setiap pesawat teleterapi wajib dikalibrasi oleh Fasititas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN), PSPKR BATAN, sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun. Pelaksanaan kalibrasi FKTN selalu menggunakan peralatan dan mengacu pada prosedur yang dikeluarkan oleh Badan Tenaga Atom Intemasional (IAEA)(2).Setelah melaksanakan kalibrasi, FKTN akan menerbitkan sertifikat keluaran sumber radiasi pesawat yang menyatakan besarnya laju dosis acuan. Laju dosis acuan pesawat teleterapi Cobalt-60 ditetapkan pada kedalaman (d) 0.5 cm air untuk lapangan penyinaran (FS) 10cm x 10cm dan jarak sumber-permukaan tubuh (SSD) 80cm. Kedalaman dosis acuan ini biasanya selalu diambil berdasarkan kedalaman dosis maksimumnya.
Menurut peraturan yang berlaku laju dosis setiap pesawat teleterapi wajib dikalibrasi oleh Fasititas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN), PSPKR BATAN, sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun. Pelaksanaan kalibrasi FKTN selalu menggunakan peralatan dan mengacu pada prosedur yang dikeluarkan oleh Badan Tenaga Atom Intemasional (IAEA)(2).Setelah melaksanakan kalibrasi, FKTN akan menerbitkan sertifikat keluaran sumber radiasi pesawat yang menyatakan besarnya laju dosis acuan. Laju dosis acuan pesawat teleterapi Cobalt-60 ditetapkan pada kedalaman (d) 0.5 cm air untuk lapangan penyinaran (FS) 10cm x 10cm dan jarak sumber-permukaan tubuh (SSD) 80cm. Kedalaman dosis acuan ini biasanya selalu diambil berdasarkan kedalaman dosis maksimumnya.
Pada kenyataannya tumor bisa terjadi di mana saja dalam tubuh dengan berbagai ukuran. Dalam hal in misalkan saja suatu tumor terletak di kedalaman d cm, harus disinari dengan luas lapangan radiasi w x w dan jarak sumber-permukaan tubuh f cm. Kondisi penyinaran seperti yang diminta dalam contoh tersebut dapat dihubungkan dengan kondisi kalibrasi laju dosis acuan. Untuk itu perhatikan rangkaian pada Gambar 2.[...]
0 Response to "Perhitungan Waktu untuk Penyinaran Tumor"
Post a Comment