PENDAHULUAN
Kasus tetanus neonatorum di Indonesia masih tinggi, data tahun 1997 sebesar 12,5 per 1000 kelahiran hidup;sedangkan target Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) yang ingin dicapai adalah 1 per 1000 kelahiran hidup. Beberapa upaya telah dilakukan antara lain dengan imunisasi TT diberikan sejak bayi, DPT 3x murid Sekolah Dasar, meningkatkan cakupan imunisasi TT pada Calon Penganten (Caten), Ibu Hamil (Bumil) dan Wanita Usia Subur (WUS), surveilans Tetanus Neonatorum dan persalinan bersih.
Pemberian obat antimalaria (klorokuin) sebagai tindakan profilaksis maupun pengobatan di daerah endemis malaria dikhawatirkan dapat menghambat pembentukan antibodi terhadap tetanus yang berdampak terhadap ETN di Indonesia.
Selama ini belum diketahui status kekebalan terhadap tetanus pada WUS di daerah endemis malaria. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui status kekebalan tetanus pada WUS di daerah endemis malaria (Nias dan Manado), dengan memanfaatkan sampel darah berasal dari penelitian malaria yang tersedia di Kelompok Penelitian Penyakit Ber- sumber Pada Binatang. Penelitian dilakukan melalui peme- riksaan darah secara PHA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kekebalan tetanus pada WUS penderita malaria di daerah endemik malaria dibandingkan dengan WUS sehat yang berasal dari daerah non endemis (Jawa Tengah) .
BAHAN DAN CARA KERJA
Penelitian dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sampel berupa sediaan darah 146 WUS (15-39 tahun) yang berasal dari daerah endemis malaria (Nias dan Manado) dan sediaan darah 30 WUS dari daerah non endemis malaria (Jawa Tengah) yang digunakan sebagai kontrol. Penderita malaria di daerah tersebut telah diberi pengobatan anti-malaria (klorokuin).
Sampel dari masing-masing daerah (Manado dan Nias) dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan kemungkinan keterkaitan dengan penyakit malaria sebelumnya (karier).
Kelompok I : WUS dengan kriteria parasit positif (+), pembesaran limpa positif (+) dan diberi pengobatan P/L (+/+).
Kelompok II : WUS dengan kriteria parasit negatif (-), pembesaran limpa positif (+) dan diberi pengobatan P/L (-/+).
Kelompok III : WUS dengan kriteria parasit negatif (-), pembesaran limpa negatif (-) dan tidak diberi pengobatan (-/-).
Pemeriksaan darah untuk mengetahui titer antibodi terhadap tetanus dilakukan dengan menggunakan teknik Haemaglutinasi Pasif (PHA) cara Kameyama. Titer 0,01 HAU/ml dianggap dapat melindungi terhadap tetanus (titer protektif).
Analisis data secara analitik dan deskriptif dilakukan dengan cara menghitung persentase titer antibodi protektif dan titer antibodi rata-rata (GMT) dari WUS di daerah endemis malaria dengan One Way Anova. Mean antara daerah endemis malaria dan non endemis malaria sebagai kontrol dengan t-Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu tujuan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) di Indonesia adalah Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN), antara lain adalah dengan cara meningkatkan cakupan TT pada BUMIL/WUS. Menurut Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994 ( SDKI-1994) yang dimaksud dengan Wanita Usia Subur (WUS) adalah semua wanita kawin atau tidak kawin yang berusia antara 15-39 tahun.
Di beberapa wilayah endemis malaria di Indonesia pada umumnya penderita malaria diobati dengan obat anti-malaria (antara lain klorokuin), sedangkan bagi pendatang yang bermukim untuk sementara atau penduduk yang tinggal pada daerah endemik malaria diberi tindakan profilaksis; padahal obat antimalaria bersifat imunosupresif; selain itu telah ditemukan hambatan respon imun setelah pemberian satu atau dua dosis TT pada anak-anak dengan parasitemia pada penderita malaria akut(2), dengan demikian hal tersebut dikhawatirkan dapat menjadi masalah dalam pencapaian ETN di Indonesia[....]
0 Response to "Status Imun TetanusWanita Usia Suburdi Daerah Endemis Malaria"
Post a Comment