Tips Pemupukan Tanaman Jagung


Pemupukan Tanaman Jagung secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya pedo-agroklimat, merupakan faktor penting perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman. Analisis kimia tanah merupakan informasi yang dapat membantu dalam mengevaluasi kondisi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Dalam praktek pemupukan, yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis tanah dan lingkungan tertentu. Untuk itu, penelitian laboratorium, rumah kaca, dan lapangan sangat diperlukan. Analisis kimia tanah merupakan teknik diagnostik untuk mengelola dan memecahkan masalah keharaan. Analisis kimia tanah harus dilengkapi dengan informasi tentang tanah, tanaman, dan analisis tanaman. Contoh tanah untuk dianalisis harus cukup mewakili areal tertentu, khususnya jenis tanah dengan penyebaran cukup luas. Hasil analisis tanah perlu dilanjutkan ke penelitian pot di rumah kaca, dan dikalibrasi di lapang untuk menentukan takaran optimum pupuk pada jenis tanah tertentu. Rangkaian penelitian ini merupakan cara terbaik untuk menghemat biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan dibanding jika penelitian langsung dilakukan di lapang. Teknik ekstrapolasi, di mana hasil penelitian pada suatu jenis tanah dengan kondisi lingkungan fisik dan biologi tertentu, dapat diterapkan pada jenis tanah dengan kondisi lingkungan dan pengelolaan yang sama di tempat lain (Akil et al. 2002).
Lahan pertanian umumnya tidak mengandung cukup N, kecuali pada lahan yang baru dibuka dari vegetasi hutan. Pada tanah Latosol, Vulkanis, Mediteran, dan Podsolik, pemberian pupuk urea dengan takaran 200-400 kg/ha memberikan efisiensi pemupukan (setiap kg hasil jagung yang diperoleh dari setiap kg pupuk urea yang diberikan) 6,0-7,5. Hasil penelitian di Maros dengan menggunakan tiga varietas hibrida dan dua varietas komposit menunjukkan bahwa takaran pupuk urea yang optimal untuk varietas hibrida adalah 420 kg/ha sedangkan untuk varietas komposit 350 kg/ha.
Berbeda dengan N, pemberian pupuk P perlu dicermati karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P. Pada lahan kering jenis tanah Vulkanis di Malang, tanaman jagung kurang tanggap terhadap pemberian P. Pada tanah berkapur, pemberian TSP dengan takaran 100-200 kg/ha masih menunjukkan efisiensi pemupukan yang memadai. Pengaruh pemupukan P sangat nyata pada tanah Podsolik yang ditunjukkan oleh tingginya efisiensi pemupukan yaitu 9,5-14,6 kg biji/kg pupuk hingga takaran 300 kg TSP/ha. Pada tanah Podsolik, ketersediaan P merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman, sebab selain kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat mengikat P, sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Nilai kritis P dalam tanah adalah 9,0 ppm. Apabila kadungan P tanah kurang dari 9,0 ppm, pemberian pupuk P mutlak diperlukan (Akil et al. 2002).
Seperti halnya pupuk P, pemberian pupuk K juga harus dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan tanggapan, kecuali pada tanah Grumusol dengan K-dd (K dapat ditukar) 0,24 me/100 g, tanah Aluvial dengan K-dd 0,27 me/100 g, dan tanah Podsolik dengan K-dd kurang dari 0,30 me/100 g. Pada tanah-tanah tanggapan tersebut, pemberian 50-100 kg KCl/ha memperlihatkan efisiensi yang tinggi, terutama pada tanah Grmusol (37,2) dan Podsolik (16,0).
Untuk efisiensi pemupukan, jenis dan takaran pupuk yang diberikan hendaknya didasarkan pada hasil analisis/uji tanah. Namun pendekatan itu dihadapkan kepada: (a) keterbatasan areal yang tanahnya telah dianalisis, (b) perubahan status hara tanah sejalan dengan lama pemanfaatan dan pengelolaan hara, dan (c) sulitnya petani membiayai analisis tanahnya sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan lain, misalnya dengan petak omisi yang dapat dikerjakan sendiri oleh petani/kelompok tani.
Kandungan bahan organik pada lahan yang diusahakan secara intensif umumnya rendah, sehingga pemberian pupuk organik memegang peranan penting untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pengaruh positif pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 t/ha) telah dilaporkan oleh sejumlah peneliti. Pada tanah Aluvial, pemberian kotoran sapi atau pupuk hijau dari daun gamal dengan takaran 5-20 t/ha dapat menggantikan 100-200 kg pupuk urea/ha (Akil et al. 2003). Pemberian pupuk kandang sebanyak 5 t/ha atau lebih adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan petani karena terkait dengan ketersediaan, harga, maupun pengangkutannya. Sebab itu, pemberian pupuk kandang, atau abu jerami padi sebagai penutup biji jagung pada lubang tanam sebanyak 1-3 t/ha dinilai optimal (Akil et al. 2004).

0 Response to "Tips Pemupukan Tanaman Jagung"

Post a Comment