Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun


PENDAHULUAN
Tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.) merupakan suatu jenis tanaman yang tumbuh di daerah tropis. Tanaman sukun memiliki khasiat terapeutik pada beberapa bagian diantaranya; bagian bunga dapat digunakan sebagai obat sakit gigi, kulit kayu dapat digunakan untuk mencairkan darah bagi wanita setelah melahirkan, sedangkan pada bagian daun dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, jantung, ginjal maupun digunakan sebagai obat radang (Heyne, 1987).
Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal (Koswara, 2006). Abu daun yang dibakar dicampur dengan sedikit minyak kelapa dan kunyit digunakan untuk mengobati penyakit kulit pada penduduk di daerah Maluku. Campuran tersebut dioleskan pada kulit yang sakit (Heyne, 1987).
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur (Sundari dan Wien, 2001). Candida albicans merupakan bagian dari flora normal selaput lendir di saluran pernapasan, saluran cerna dan vagina dan dapat menyebabkan candidiasis mulut (sariawan), candidiasis usus, candidiasis vagina (vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis sistemik (Tjay dan Kirana, 2002).
Spesies Microsporum biasanya menyebabkan infeksi kulit dan rambut, tetapi jarang menyebabkan infeksi kuku (Jawetz, et al., 1996). Jamur Microsporum gypseum dapat ditularkan langsung secara fomitis, epitel, dan rambut yang mengandung jamur. Microsporum gypseum menyerang kulit tubuh, dan lebih sering dialami oleh anak-anak. Infeksi kulit yang disebabkan jamur ini terlihat membengkak seperti sarang lebah dengan gejala bercak-bercak meradang yang tidak berambut yang lama kelamaan dapat menjadi alopesia (kebotakan) permanen (Wicaksana, 2008).
Menurut Prof. Dr. Saiful Fahmi Daili, SpKK, infeksi vaginal candidiasis sensitif terhadap sejumlah besar antijamur. Obat antijamur yang paling banyak digunakan adalah golongan azol, seperti flukonazol. Meski sudah ada laporan resistensi, namun di Indonesia flukonazol masih efektif dan tetap jadi pilihan. Ketokonazol merupakan obat pertama untuk vaginal candidiasis, tetapi sekarang ini penggunaannya mulai terbatas karena efek samping hepatotoksik (Andra, 2007).
Pemanfaatan bahan alam untuk tujuan pengobatan penyakit kulit akibat jamur dikenal juga oleh nenek moyang kita, umumnya pemakaiannya berdasarkan pengalaman; karena itu, penilaian dan pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu dilakukan baik secara invitro maupun invivo (Sundari dan Wien, 2001).
Dari penelitian pendahuluan Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun terhadap Jamur Candida albicans dan Jamur Microsporum gypseum dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sukun mempunyai khasiat sebagai antimikroba terhadap jamur tersebut. Kesetaraan ekstrak etanol daun sukun dengan antibiotik ketokonazol terhadap jamur Candida albicans adalah 405:1 gram. Ekstrak etanol daun sukun mempunyai aktivitas terhadap Microsporum gypseum, sedangkan ketokonazol pada penelitian ini tidak memiliki aktivitas pada konsentrasi 312,5-4500 ppm (Sulistiyaningsih, 2008).


Selengkapnya...

0 Response to "Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun"

Post a Comment