Telemonitoring Cedera Medula Spinalis


Latar Belakang
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per 100.000 penduduk, dengan angka tetraplegia 200.000 per tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera medula spinalis (York, 2000 dalam Pinzon, 2007). Wyndaele dan Wyndaele (2006) melaporkan bahwa insiden cedera medula spinalis secara global bervariasi dengan kisaran 10.4–83 kasus per juta populasi setiap tahun (Furlan and Fehlings, 2009).
Cedera medula spinalis dapat dibagi komplet dan inkomplet berdasarkan ada atau tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi (Young, 2002 dalam Pinzon, 2007). Status fungsional dan kemandirian pasien dapat ditingkatkan serta morbiditas dapat diturunkan dengan program rehabilitasi terpadu yang melibatkan multidiplin kesehatan, yakni dokter, perawat, fisioterapis, occupational therapist, speech and language pathologist (Black and Hawk, 2009).
Rehabilitasi pada pasien cedera medula spinalis biasanya dilakukan di unit perawatan neurologi dengan lama hari rawat/length of stay (LOS) yang panjang akibat disabilitas dan berbagai komplikasi yang terjadi. Salah satu upaya untuk mengurangi hal tersebut dengan tetap mempertahankan kualitas pelayanan, cost effective, dan untuk mendukung perawatan berkelanjutan di rumah adalah dengan pendekatan telemonitoring.
Telemonitoring sebagai bagian telemedicine berperan penting dalam memperbaiki kontinuitas pelayanan keperawatan mulai dari unit perawatan neurologi hingga di rumah pasien (Phillips et al, 2001 dalam Dallolio et al, 2008). Telemonitoring yang menggambarkan pelayanan telehomecare sudah teruji dan berbagai penelitian melaporkan bahwa telehomecare memiliki benefit dalam pengelolaan pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, heart failure, hipertensi, cedera medula spinalis, chronic obstructive pulmonary disease (COPD), luka kronik, dan berkembang pada kasus kanker dan stroke (Bowles and Baugh, 2007). Stachura (2010) menyatakan bahwa telemonitoring bertujuan mendukung manajemen tepat waktu pada perawatan pasien di rumah melalui berbagai transmisi fisiologis, klinik, dan data perilaku yang dievaluasi secara professional, dimana hal itu sebagai umpan balik yang dapat segera diterima sebelum terjadi komplikasi.
Peralatan tipikal pada telehomecare meliputi telfon, komputer dilengkapi nirkabel (wireless), videocamera atau videoconference, dan alat monitoring fisiologis, seperti untuk glukosa darah, tekanan darah, stetoskop, dan termometer (Bowles and Baugh, 2007). Teknologi yang digunakan tersebut memungkinkan pasien meningkatkan pemahaman mengenai kondisi sakitnya dan terpantau oleh tenaga kesehatan walaupun jarak jauh, sehingga pasien tidak perlu berkunjung ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, telehomecare dapat sebagai cara efektif dan inovatif untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasien cedera medula spinalis dan memberikan kontribusi terhadap industri home care yang mengintegrasikan teknologi ini.[....]

0 Response to "Telemonitoring Cedera Medula Spinalis"

Post a Comment