Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota Makassar (Kasus Penjual Pisang Epe di Pantai Losari)


ABSTRAK

Dalam penelitian ini penulis memakai dasar penelitian Survei melalui tipe penelitian Deskriptif. Teknik penentuan sampel dilaksanakan dengan Simple Random Sampling. Data-data primer didapat dengan melakukan pengamatan (observasi) dan menggunakan kuesioner. Teknik analisa data dengan mengunakan metode kuantitatif dan tabel frekuensi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para penjual pisang epe yang berada di Pantai Losari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi pedangan kaki lima di kota Makassar khususnya penjual pisang epe dan faktor yang mendorong para penjual pisang epe untuk berimigrasi ke kota Makassar dan mengapa sehingga mereka memilih pedangang kaki lima menjadi suatu pekerjaan. Kegunaan dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan khususnya pemerintah kota Makassar dalam masalah ketenagakerjaan dan upaya menahan laju pertumbuhan khususnya pendatang dari daerah sekitar kota Makassar, dan diharapkan juga penelitian ini menjadi rujukan dan komparasi bagi penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penjual pisang epe di dominasi oleh suku Makassar yang tingkat pendidikan rata-rata tamat SMP dan SD sehingga mendorong mereka untuk terjun ke sektor informal, yaitu sebagai penjual pisang epe yang tidak terlalu membutuhkan pendidikan dan keterampilan yang tinggi.
Dari sebagian besar para penjual pisang epe yang melakukan migrasi, merupakan migran permanen (menetap) di banding migran sirkuler (tidak menetap). Tingkat pendapatan yang mereka peroleh rata-rata 50.000 – 200.000 perhari. Pendapatan yang mereka peroleh sudah hampir memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Faktor yang mendorong untuk pindah dan bekerja sebagai pedagang kaki lima (penjual pisang epe) di kota Makassar didasarkan oleh 2 hal pokok yaitu faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari kota.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 
Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41). Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yangdibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya. Masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, intergrasi sosial, dan sebagainya adalah sejumlah contoh ruang kajian sosiologi. 
Daerah perkotaan merupakan wadah konsentrasi permukiman penduduk dari berbagai kegiatan ekonomi dan sosial dan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan penduduk kota di negara sedang berkembang tidak saja mencerminkan pertambahan alami penduduk kota tetapi juga pertambahan  arus penduduk dari desa ke kota yang cukup besar. Perpindahan arus penduduk dari desa ke perkotaan yang sedang berjalan di negara sedang berkembang sekarang ini sudah terjadi di Indonesia. Pertumbuhan penduduk kota disebabkan oleh arus gerakan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan yang lasim kita kenal dengan istilah urbanisasi.
Pada umumnya konsep urbanisasi di artikan sebagai proses yang membawa bagian yang semakin besar penduduk suatu negara berdiam di pusat perkotaan. Mimpi untuk mengubah nasib dan mendapatkan kehidupan yang layak membuat arus urbanisasi di kota kian meningkat. Setiap tahun urbanisasi dan berbagai bentuk perpimdahan bentuk lainnya yang masuk kek kota Makassar semakin sulit terbendung. Bagi yang datang dan bekerja, ini akhirnya menjadi beban berat bagi pemerintah kota. Tak hanya masalah sosial seperti gelandangan dan sejenisnya, urbanisasi juga berdampak pada masalah kependudukan lainnya. Di satu sisi kegiatan ekonomi dan sosial penduduk yang dibarengi dengan kebutuhan yang tinggi semakin memerlukan ruang untuk meningkatkan kegiatan penduduk sehingga menyebabkan semakin bertambahnya ruang untuk mendukung kegiatan sektor informal.
Menurut Jayadinata (1999:146), Karakteristik sektor informal yaitu bentuknya tidak terorganisir, kebanyakan usaha sendiri, cara kerja tidak teratur, biaya dari diri sendiri atau sumber tak resmi, dapatlah diketahui betapa banyaknya jumlah anggota masyarakat memilih tipe usaha ini, karena mudah dijadikan sebagai lapangan kerja bagi masyarakat strata ekonomi rendah yang banyak terdapat di negara kita terutama pada kota besar maupun kecil.[...]
(Oleh: Auliya Insani Yunus, Universitas Hasanuddin Makassar, 2011)

Selengkapnya klik disini...

0 Response to "Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota Makassar (Kasus Penjual Pisang Epe di Pantai Losari)"

Post a Comment