Sistem Pengairan Tanaman Jagung - Budi daya jagung tidak hanya di lahan kering pada musim hujan, tetapi juga pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah pada irigasi musim kemarau, terutama pada areal yang ketersediaan air irigasinya kurang memadai untuk budi daya padi. Pengairan tanaman jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak. Pembuatan saluran dengan cangkul memerlukan waktu 176 jam/ha, sedangkan dengan bajak ditarik ternak 24 jam/ha, dengan tingkat efisiensi irigasi hanya 46,2%.
Balitsereal telah merancang prototipe alat pembuat alur irigasi yang sangat efisien, yaitu PAI-R-Balisereal dan PAI-2R Balisereal (Firmansyah et al. 2002). Pemberian air pada musim kemarau dilakukan dengan cara me- mompa air dari air tanah dengan kedalaman sumur 3,8-9,0 m. Jenis pompa yang umum digunakan adalah pompa sentrifugal dengan diameter 2,0 inci (4,0 HP) dan diameter 3,0 inci (5,0 HP).
Lahan sawah yang air irigasinya terbatas atau lahan sawah tadah hujan yang dilengkapi sumur dangkal sebaiknya ditanami jagung pada musim kemarau atau setelah panen padi. Pengairan untuk tanaman jagung pada musim kemarau perlu memperhitungkan efisiensi penggunaan air dan tenaga kerja/biaya. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 HST (Akil et al. 2005).
0 Response to "Sistem Pengairan Tanaman Jagung"
Post a Comment