Deplesi Sel Limfosit CD4+ pada Infeksi HIV


PENDAHULUAN
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) ialah salah satu penyakit yang banyak mengundang perhatian dewasa ini. Penyakit ini dikenal pertama kali pada tahun 1981 pada 5 orang homoseksual di Amerika Serikat. Lima tahun setelah itu yaitu pada tahun 1986 baru diketahui bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus, yang ditandai dengan adanya penekanan sistem imunitas tubuh dengan beberapa manifestasi klinis, seperti infeksi oportunistik, keganasan dan menurunnya fungsi sistem saraf pusat. Infeksi virus ini sangat berpengaruh terhadap sistem imunitas, terutama imunitas seluler yang dipengaruhi oleh sel limfosit T CD4+(1).
KARAKTERISASI VIRUS HIV
Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang termasuk dalam familia retrovirus yaitu kelompok virus berselubung (envelope virus) yang mempunyai enzim reverse transcriptase, enzim yang dapat mensintesis kopi DNA dari genon RNA. Virus ini masuk dalam sub familia lentivirus berdasarkan kesamaan segmen genon, morfologi dan siklus hidupnya. Sub familia lentivirus mempunyai sifat dapat menyebabkan infeksi laten, mempunyai efek sitopatik yang cepat, perkembangan penyakit lama dan dapat fatal(1,2). Partikel HIV terdiri atas inner core yang mengandung 2 untai DNA identik yang dikelilingi oleh selubung fosfolipid.
Genon HIV mengandung gen env yang mengkode selubung glikoprotein, gen gag yang mengkode protein core yang terdiri dari protein p17 (BM 17.000) dan p24 (BM 24.000), dan gen pol yang mengkode beberapa enzim yaitu : reverse transcriptase, integrase dan protease. Enzim-enzim tersebut dibuuhkan dalam proses replikasi. Selain itu HIV juga mengan- dung 6 gen lainnya yaitu vpr, vif, rev, nef dan vpu yang mengatur proses reproduksi virus. Bagian paling infeksius dari HIV adalah selubung glikoprotein gp 120 (BM 120.000) dan gp 41 (BM 41.000). Kedua glikoprotein tersebut sangat berperan pada perlekatan virus HIV dengan sel hospes pada proses infeksi(3).
HIV dikelompokkan berdasarkan struktur genom dan antigenitasnya yaitu HIV-1 dan HIV-2. Perbedaan infeksi kedua virus tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
PATOGENESIS INFEKSI HIV
Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Molekul ini merupakan reseptor dengan afinitas paling tinggi terhadap protein selubung virus(5). Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada permukaan membran virus(1).
Molekul CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T helper/CD4+, narnun sel-sel lain seperti makrofag, monosit, sel dendritik, sel langerhans, sel stem hematopoetik dan sel mikrogial dapat juga terinfeksi HIV melalui ingesti kombinasi virus-antibodi atau melalui molekul CD4 yang diekspresikan oleh sel tersebut(3). Banyak bukti menunjukkan bahwa molekul CD4 memegang peranan penting pada petogenesis dan efek sitopatik HIV(1). Percobaan tranfeksi gen yang mengkode molekul CD4 pada sel tertentu yang tidak mempunyai molekul tersebut, menunjukkan bahwa sel yang semula resisten terhadap HIV berubah menjadi rentan terhadap infeksi tersebut(3). Efek sitopatik ini bervariasi pada sel CD4+, narnun paling tinggi pada sel dengan densitas molekul CD4 permukaan yang paling tinggi yaitu sel limfosit T CD4+(1,6).
Sekali virion HIV masuk ke dalam sel, maka enzim yang terdapat dalam nukleoprotein menjadi aktif dan memulai siklus reproduksi virus. Nukleoprotein inti virus menjadi rusak dan genom RNA virus akan ditranskripsi menjadi DNA untai ganda oleh enzim reverse transcriptase dan kemudian masuk ke nukleus. Enzim integrase akan mengkatalisa integrasi antara DNA virus dengan DNA genom dari sel hospes. Bentuk DNA integrasi dari HIV disebut provirus, yang mampu bertahan dalam bentuk inaktif selama beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi virion baru. Itu sebabnya infeksi HIV pada seseorang dapat bersifat laten(1) dan virus terhindar dari sistem imun hospes(3).
Partikel virus yang infeksius akan terbentuk pada saat sel limfosit T teraktivasi. Aktivasi sel T CD4+ yang telah terinfeksi HIV akan mengakibatkan aktivasi provirus juga. Aktivasi ini diawali dengan transkripsi gen struktural menjadi mRNA kemudian ditranslasikan menjadi protein virus. Karena protein virus dibentuk dalam sel hospes, maka membran plasma sel hospes akan disisipi oleh glikoprotein virus yaitu gp 41 dan gp 120. RNA virus dan protein core kemudian akan membentuk membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodifikasi dengan glikoprotein virus, membentuk selubung virus dalam proses yang dikenal sebagai budding. Pada beberapa kasus aktivasi provirus HIV dan pembentukan partikel virus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang terinfeksi(3).
Selama periode laten, HIV dapat berada dalam bentuk provirus yang berintegrasi dengan genom DNA hospes, tanpa mengadakan transkripsi. Ada beberapa faktor yang dapat mengaktivasi proses transkripsi virus tersebut. Secara in vitro telah dibuktikan pada sel T yang terinfeksi virus laten, rangsangan TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL-6 dapat meningkatkan produksi virus yang infeksius. Hal ini penting karena monosit pada individu yang terinfeksi HIV cenderung melepaskan sitokin dalam jumlah besar sehingga dapat menyebabkan meningkatnya transkripsi virus(7). Infeksi beberapa virus dapat meningkatkan transkripsi provirus DNA pada HIV sehingga berkembang menjadi AIDS yaitu; HTLV-1, cytomegalovirus, virus herpes simplex, virus Epstein-Barr, adenovirus, papovirus dan virus hepatitis B(3).



ABSTRAK
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini dikenal pertama kali pada tahun 1981 ditandai dengan menurunnya sistem imunitas tubuh dengan beberapa manifestasi klinis seperti infeksi oportunistik, keganasan dan menurunnya fungsi sistem saraf pusat. Infeksi ini sangat berpengaruh terhadap sistem imunitas, terutama imunitas seluler yang dipengaruhi oleh sel limfosit T CD4+.
HIV termasuk dalam familia retrovirus dan sub familia lentivirus. Virus ini mempunyai enzim reverse transcriptase yang mampu mensintesis DNA dari genon RNA. Berdasarkan struktur genom dan antigenitasnya HIV dibedakan menjadi HIV-1 dan HIV-2.
Patogenesis infeksi HIV melalui perlekatan glikoprotein virus yaitu gp 120 dan gp 41 dengan reseptor HIV yaitu molekul CD4. Molekul ini banyak dijumpai pada permukaan sel limfosit T CD4+. Pada infeksi ini selain jumlah sel limfosit T CD4+ yang menurun, fungsi selnya juga menurun. Hal ini disebabkan karena eliminasi respon imun hospes melalui ikatan antibodi-komplemen, Antibody Dependent Cell-mediated Cytotoxicity (ADCC), rangsangan apoptosis dan beberapa efek langsung virus yang mengakibatkan lisisnya sel hospes.
(Oleh: Sarwo Handayani, Pusat Penelitian dan Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta)

0 Response to "Deplesi Sel Limfosit CD4+ pada Infeksi HIV"

Post a Comment