RINGKASAN
Pelaksanaan produksi adalah proses perubahan input menjadi
output. Kegiatan produksi pada
unit penangkapan ikan pada dasarnya adalah suatu proses pengubahan inpm-input berupa
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output yang berupa produksi hasil
tangkapan. Di dalam melakukan proses produksi diperlukan suatu pengelolaan atau
manajemen agar proses produksí dapat dilakukan Secam efektif dan eñsien.
Proses produksi di sebagian besar unit penangkapan ikan yang
ada di Indonesia khususnya unit
penangkapan tradisionaï belum menerapkan manajemen yang baik. Unit penangkapan yang ada, melakukan
kegiatan operasi produksinya berdasarkan pengetahuan
yang diperolehnya secara u1runtemurun. Pengeìolaan secara optimal terhadap fakt0-fakt0r produksi usaha
unit penangkapan dapat diìakukan dengan cara menerapkan
manajemen operasi produksi.
Kota Probolinggo merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan
yang penting. Salah satu kegiatan
perikanan yang dilakukan oleh nelayan yaitu usaha Usaha penangkapan yang ada dikelola
dengan cara yang tradisional dan menggunakan
alat tangkap berskala keciì, sehingga belum mampu mengembangkan usaha. penangkapan dengan baik.
Penyebab belum berkembangnya usaha penangkapan
di Kota Probolinggo yaítu pengeìolaan usaha unit penangkapan yang masih tradisional dan belum adanya
penerapan manajemen yang baik di dalam proses produksi.
Unit penangkapan ikan yang ada meìakukan kegiatan produksinya berdasarkan pengetahuan yang diperoleh
secara turun telnurun, tetapi produktivitas unit
penangkapan ikan ini dapat ditingkatkan secara optimal dengan memperbaiki pengelolaan terhadap faktor-faktor
produksi.
Umumnya unit penangkapan yang digunakan oleh nelayan di Kota.
Probolinggo adalah mini purse
seine. Jumlah unit yang banyak tentunya akan menimbulkan persaingan usaha yang besar. Unit
penangkapan yang mampu mengelola usaha dengan
baik tentunya akan memberikan keuntungan yang relatif besar, sehingga perìu kajian terhadap manajemen operasi
produksi pengelolaan faktor-faktor produksí
yang digunakan oleh unit penangkapan mini purse seine.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen operasí
produksi unit penangkapan mini
purse seine di PPI Kota Probolinggo, yang mencakup perencanaan, proses produksi dan
pengawasan produksi seria menentukan tingkat produktivitas
unit penangkapan mini purse seine. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kasus. Analisis data yang digunakan yaitu metode deskriptíf dan analisis
produktivitas.
Unit penangkapan mini purse seine di PPI Kota Probolinggo
terdiri atas kapal, aiat tangkap dan nelayan. Kapal mini purse .seine termasuk
jenis kapal motor yang berkekuatan mesin PK dengan merk mitsubishi. Kapal
berukuran panjang 16-18 m7 Iebar m dan dalamnya 1,25-2,2 m. Alai: tangkap
jaring mini purse seine berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang
345-400 m, lebar 60-98 m. Bahan utama jaring adaìah nylon (PA) bernomor benang
06 dan 09. Nelayan mini purse seine menjadi nelayan merupakan pekeljaan utama
untuk menghídupi keluarganya.
Perencanaan produksi yang díbuat oleh nelayan di Kota
Probolinggo dilakukan secara
turun-temurun berdasarkan kemampuannya. Perencanaan ini masih. tergolong tradisional, hal ini dikarenakan
perencanaannya tidak dilakukan berdasarkan data-data yang akurat. Perencanaan
produksi yang díbuat meliputi perencanaan waktu produksi, perencanaan beban pekerjaan,
perencanaan musim dan daerah penangkapan.
Proses produksi diawali dengan tahapan persiapan di jìslzing
base. Persiapan ini meliputí
pemeriksaan terhadap kapal, mesin, alat tangkap, penarík tali kolor, lampu petromak, penyediaan bahan bakar dan
keranjang ikan serta penyediaan perbekalan. Tahapan
Selanjutnya adalah kgegìatan produksi berupa operasi penangkapan íkan
di fìshing ground yang ditentukan. Proses pasca produksi meliputi
penanganan basil tangkapan ikan di atas kapal. Hasíl tangkapan dimasukkan ke
dalam keranjang agar mutu ikan
tetap terj aga.
Pengawasan produksi unit penangkapan mini purse seine dílakukan
pada Saat di base, fishing
ground, kembaìi lagi ke base. Pengawasan di fïshing base dilakukan oleh nahkoda dengan
melakukan pengecekan terhadap kesiapan kapal,
alat tangkap dan nelayan sarta pengecekan `ulang terhadap kegiatal-kegiatan yang dilakukan oleh ABK. Pengawasan di
fishing ground juga dilakukan oleh nahkoda,
Pengawasan diìakukan dengan memperhatikan operasí produksi baik Saat penurunan Iampu petromak, setting alat
tangkap maupun pada Saat hauling diìakukan. Pengawasan
Saat tiba di jìslving base setelah melakukan operasi penangkapan juga dììakukan. Pengawasan ini dilakukan
terhadap penanganan hasil tangkapan, kebersihan
kapal serra susunan alat tangkap ikan setelah digunakan kembali.Rata.-rata
besarnya produktivitas produksi dan nüai produksi dari 6 responden diperoleh basil produktivitas produksi
per tahun sebesar 1.030 ton/tahun dengan nilai produksi sebesar Rp'
721.000.000/tahun. Ratarata produktivítas produksi per dan nilai produksí masing-masing sebesar
3,43 ton/trip dan Rp 2.400.000/trip. Rata-rata produlctivitas produksí per tenaga
kerja sebesar 27,68 ton/tahun/orang dengan nilai produksi sebesaf Rp
19.380.000/tahun/orang, Rata-rata produktivitas produksi per penggunaan bahan bakar solar sebesar
ton/liter/tahun dengan nilai produksi sebesar
Rp 6.870.000/liter/tahun. Ratarata produktívítas per ukuran kapal sebesar 28,61 ton/GT/tahun dengan nilai
produksi sebesar Rp 19.710.000!GT/tahun. Rata-rata produktivitas per panjang jaring
sebesar 2,92 ton/H1/tahun dengan nilai produksi Sebesaf Rp 2.040.000/m/tahun.
Rata-rata produktivitas per lebar jaring sebesar 13,54 ton/m/tahun dengan nilai produksi
sebesar Rp 9.470.000/m/tahun.
Secam umum produktivitas tertinggí diperoleh responden kapaì 4,
sedangkan produktivitas terendah
diperoleh pada responden kapel 5. Penyebab produktívitas produksi dan
produksi tertinggi pada responden kapel 4 dan terendah pada responden
kapal 5 adaìah keterampilan tenaga kerja dan penelnuan daerah penangkapan
ikan. Tenaga kerja yang handel sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
operasi penangkapan ikan. Keterampiìan tenaga kerja dalam mengoperasikan
jaring mini purse seine untuk memperoleh basil tangkapan sangat diperlukan.
Keterampilan sebagian besar yang djdapat oleh tenaga kerja merupakan pengalaman
yang diperoleh Secam turun îemurun. Keterampilan tenaga kerja dati
responden kapal 4 lebih terampil dalam mengoperasikan alat tangkap mini
purse seine. Hai ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneìiti
terhadap ABK kapal 4. Kapal 4 mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi daripada kapaì yang lain yaitu pada tingkat SLTA. ABK kapal 4 juga
mengikuti pelatihan keteralnpilan daìam mengoperasikan alat tangkap mini purse seine. Penemuan daerah penangkapan ikan yang dilakukan oleh
responden kapaì 4 cenderung berpengalaman. Hal ini sesuai dengan
wawancara yang dilakukan peneliti bahwa nakhoda kapal 4 berpengalaman
menjadi nakhoda selama hampir 30 tahun.[...]
(oleh:IFA LUTFIAH, FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN IPB)
Selengkapnya klik disini...
0 Response to "Manajemen Produksi Unit Penangkapan Mini Purse Seine di Kota Probolinggo Jatim"
Post a Comment