AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berarti virus penurun kekebalan manusia.
Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Kondisi akhir pada seseorang yang terinfeksi virus ini membuatnya rentan terhadap berbagai macam infeksi.
HIV/AIDS merupakan masalah yang mengancam di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Setiap tahunnya jumlah penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Menurut data yang didapat, sampai 30 September 2007 sudah terdapat 5904 kasus HIV positif dan 10.384 kasus AIDS di Indonesia.
HIV/AIDS dapat menunjukkan berbagai manifestasi baik secara klinis maupun oral. Namun, di kalangan dokter gigi penting untuk mengetahui manifestasi oral yang terjadi sehubungan dengan penderita HIV/AIDS. Pada umumnya, penderita HIV/AIDS menunjukkan suatu kondisi rongga mulut seperti kandidiasis, xerostomia, hairy leukoplakia, penyakit-penyakit periodontal, sarkoma kaposi, penyakit yang berhubungan dengan virus papiloma manusia, penyakit-penyakit ulseratif seperti lesi virus herpes simpleks, recurrent apthous ulcers, dan neutropenic ulcers.
Sampai saat ini HIV/AIDS belum dapat disembuhkan secara total. Terapi yang selama ini diberikan pada penderita HIV/AIDS adalah pemberian obat-obatan berupa antiretroviral yang lebih dikenal dengan HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy). Obat-obatan ini ditujukan terhadap tahap-tahap infeksi dan replikasi virus, sehingga harus mempunyai kemampuan seperti menghambat reseptor CD4, menghambat antigen envelope HIV, mengubah fluiditas membran plasma sel, menghambat enzim reverse transcriptase, merusak proses transkripsi pasca transkripsi dan translasi virus dan merusak tahap akhir pembentukan dan pelepasan virus baru.4 Data selama delapan tahun terakhir menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi beberapa obat antiretroviral dapat bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Namun, obat-obatan antiretroviral (ARV) ini belum semua tersedia di Indonesia karena harganya mahal sehingga hanya penderita yang mempunyai tingkat ekonomi tinggi saja yang bisa mengkonsumsi terus obat ini.2 Bagi penderita dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah mungkin hanya bisa menggunakan obat ini untuk beberapa saat dan kemudian dapat terhenti/terputus bahkan juga dapat tidak menggunakan obat ini sama sekali. Ketidakteraturan dalam mengkonsumsi ARV dapat menimbulkan efek samping kepada penderita berupa resistensi virus terhadap obat yang diberikan sehingga penggunaan kembali obat ARV dapat menjadi tidak bermanfaat. Selain resistensi, obat-obatan ARV juga mempunyai efek samping lainnya yang cukup berat kepada penderita seperti toksisitas hematologik termasuk granulocytopenia (neutropenia) dan anemia berat terutama pada penderita dengan HIV tingkat lanjut. Penggunaan ARV secara terus-menerus juga dapat mengakibatkan miopati simtomatik serupa dengan yang dihasilkan oleh HIV.5 Oleh karena itu, sampai saat ini belum ditemukan obat antivirus yang aman dan efektif bagi penderita.[...]
0 Response to "Manfaat VCO Dalam Pengobatan Lesi Oral Penderita HIV/AIDS."
Post a Comment